Minggu, 23 November 2008

“Empat Serangkai” Harus Mundur


Borneo Tribune, Singkawang

Kami ingin empat “Empat Serangkai” ini mundur dari jabatannya, dan digantikan dengan orang yang lebih tepat demi dan untuk kemajuan perguruan Advent Singkawang. Ungkapan itu disampaikan belasan siswa-siswa SMP dan SMA Perguruan Advent Kota Singkawang, Kalimantan Barat, saat menggelar orasi di halaman sekolah yang terletak di Jalan Raya Bengkayang, Kelurahan Sanggu Kulor, Kecamatan Singkawang Timur. Pernyataan itu disampaikan dalam bentuk pernyataan sikap, pada Senin (24/11) kemarin.

Empat serangkai yang dimaksudkan, Drs. M. Arifin Simbolon S. Th, Dra. Nurhayati Simbolon, Erwinto Simbolon, SE, dan Pdtm. Gerbin Tamba S. Th. Semuanya tenaga pengajar.

M. Arifin Simbolon, dianggap siswa sebagai orang yang tidak bisa menjaga mulut, sering cabul dengan murid perempuan, tidak bersahabat dengan guru, dan bila siswa di asrama mengadakan renungan pagi bel dibunyikan sangat keras sampai dua atau tiga kali, mendeskriditkan suku dayak, tidak mencerminkan diri sebagai kepala sekolah atau seorang pendidik terlebih lagi sebagai hamba Tuhan.

Dra. Nirhayati Simbolon dianggap siswa sebagai guru yang suka memfitnah oarng lain tanpa fakta, berbicara manis di bibir namun sakit dihati, sering menggesek posisi jabatan guru-guru, sering menyombongkan diri di hadapan banyak murid, di kelas lebih banyak menceritakan kesalahan orang lain dari pada menyampaikan teori mata pelajaran.

Erwin Simbolon, SE, dinilai para siswa sering menegur guru di hadapan orang banyak, penusuk dari belakang, memperbesar masalah yang sepele, serta sok mengatur murid-murid.

Sementara Pdtm. Gerbin Tamba S. Th, dianggap memiliki perkataan yang tidak sesuai dengan perbuatan, selalu berusaha untuk menunjukkan kemampuan fisik, suka menghina agama orang lain, sering berprilaku kasar terhadap murid-murid, dan selalu menantang murid untuk berkelahi.

Butir-butir pernyataan untuk empat serangkai itu diketik dengan rapi dalam satu kertas, diperbanyak, kemudian dibagi-bagikan, termasuk diserahkan kepada pihak sekolah. Pernyataan itu juga diberikan kepada M. Arifin Simbolon, selaku kepala sekolah dan selaku orang yang dituntut para siswa untuk mundur.

Dalam menyampaikan pernyataan sikap itu, siswa dengan rela berpanas diri diteriknya sinar matahari yang cukup panas. Siswa berkumpul, dan terus mengelu-elukan keinginan yang pada intinya mengingikan M. Arifin Simbolon Cs mundur dari jabatan. Tindakan siswa itu dilakukan atas inisiatif sendiri, dan tanpa disepeonsori atau didukung orang lain.

“Tuntutan kami ini murni, kami bergerak atas aspirasi kami sendiri, dan kami tidak disuruh orang lain,” demikian dikatakan Muria, siswa kelas dua SMA Advent, saat ditemui di sela-sela aksinya, kemarin.


Karena prilaku yang disampaikan melalui pernyataan sikap itu, Muria bersama teman-teman lainnya yang tinggal di asrma Advet terpaksa melarikan diri, dan pulang ke rumah masing-masing. Di hadapan orang tua, para siswa menyampaikan keluh kesah sesuai dengan pernyataan sikap yang disampaikan.

“Orang tua kami tahu dengan apa yang kami lakukan, dan mereka mendukung aksi kami ini,” terang Muria.

Menurut Muria, mereka yang melakukan aksi sebagain besar adalah siswa yang nginap di asrama. Dan ada beberapa diantara dari mereka yang berdomenstrasi adalah siswa yang tidak tinggal di asrama.

“Kami yang tinggal di asrama yang banyak berdemonstrasi, karena kami banyak dipermalukan. Salah satunya bila kami bermasalah di asrama, maka dibuka di sekolah. Kami malu,” tambah Muria lagi.

Medapatkan tuntutan para siswa tersebut, M. Arifin Simbolon, dengan jiwa besar turun ke lapangan untuk menemui para siswanya. Dengan pernyataan sikap sisiwa yang ada di tangannya, M. Arifin, penuh kepercayaan diri menjawab degan tergas bahwa pernyataan sikap itu hanya fitnah.

”Ini semua tidak benar, ini semua fitnah,” kata M. Arifin Simbolon, saat ditemui wartawan. Namun, atas dasar tuntutan siswa, M. Arifin berjanji akan menampung dan segera menyelesaikannya.

M. Arifin memperkirakan, gerakan siswa tersebut didalangi oleh pihak-pihak tertetu. Arifn mengetahui pihak tersebut. Namun sayang Arifin tidak berkenan untuk menyebutkan siapa yang ikut mendalangi pergerakan siswa-siswanya.

Siswa mulai mendatangi sekolah dan berdemontrasi sekitar pukul delapan pagi. Pukul sepeluh lebih, para siswa bubar setelah sebelumnya menggelar do’a bersama. Para siswa meninggalkan beragam tuntutan yang harus segera diselesaikan. Demontrasi berjalan lancar bersama kawalan pihak kepolisian.



Tidak ada komentar: