Selain kondisi alam dan budaya wisata yang dimiliki, kota Singkawanga, Kalimantan Barat, juga memiliki beragam makanan yang dapat dijadikan sebagai wisata kuliner. Satu diantaranya, Tahu Singkawang.
Rasa menjadi cirri khas dan membuat tahu ini dari kota Amoy ini lebih terkenal. Bukan sekarang, tapi sudah bertahun lamanya. Bukan hanya dilingkup kota Singkawang, Tahu Singkawang juga digemari masyarakat di luar kota Singkawang.
Misalnya Sunarno, Tasliman, dan Khairullah. Mereka semua merupakan warga Pontianak yang berkeja di Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. Tiga pria ini membeli tiga ratus biji tahu di salah satu pabrik tahu milik Pheng Chen Khiong di Jalan Yohana Godang.
Sunarno dan kedua rekannya ada tugas di Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Karena tugas sudah selesai, ia kemudian mampir ke Kota Singkawang untuk membeli tahu sebagai oleh-oleh untuk keluarga.
Sunarno bukan langganan tetap, namun setiap mampir ke Kota Singkawang dirinya selalu membeli tahu. Pembelian akan banyak seiring banyaknya keluarga yang memesan.
”Yang jelas memang tahu Singkawang tidak ada tandingnya, hiangga tahu produksi Kota Singkawang sangat terkenal dan enak untuk dimakan dibandingkan tahu hasil produksi di tempat lain di luar Kota Singkawang,” tambah Tasliman.
Tasliman mengatakan, tahu produksi dari Kota Singkawang juga dijual di Kota Pontianak. Biasanya, penjualan dilakukan dengan sepeda dan berkeliling dari rumah ke rumah. Penjualan keliling itu diringi dengan teriakan “Tahu Singkawang”.
Tahu Singkawang membawah kesan, bila warga luar Singkawang berkunjung ke kota Singkawang dan tidak membawa tahu dari Kota Singkawang, maka warga luar tersebut dinyatakan belum datang ke Kota Singkawang.
Selain rasanya yang cukuk enak, keunikan tahu Singkawang terletak pada pengelolahnya. Bila didaerah lain, yang membuat tahu adalah warga Jawa, maka di Kota Singkawang, warga Tionghoa lebih dominant.
Satu diantaranya, Pheng Chen Khiong, Warga Tionghoa berusia 33 pemilik pabrik tahu di Jalan Yohana Godang menuturkan usaha yang digelutinya meruapakan usaha keluarga. Usaha yang berdiri sejak 40 tahun yang lalu. saat ini Pheng Chen Khiong meneruskan usaha ayahnya Phang Tet Kit yang telah meninggal pada Desember tahun lalu.
Dalam membuat tahu, Pheng Chen Kiong mengaku, sebanyak 30 kilo gram kacang kedelei dihabiskan dalam satu hari. Jumlah kacang itu menghasilkan 1.300 biji tahu. Jumlah pembuatan akan berubah pada saat waktu libur.
“Biasanya yang ramai, pada hari libur, Sabtu dan Minggu. Pada hari libur itu banyak orang luar Kota Singkawang yang datang dan membeli tahu untuk oleh-kerabat dan keluargnya, atau sekedar di konsumsi untuk sendiri,” ungkap Pheng.
Pheng Chen Khiong mengaku tidak memasarkan tahunya ke pasar-pasar yang ada di Kota Singkawang. Karena orang lebih memilih untuk mendatangi rumahnya dan membeli langsung.
“Banyak pembeli datang kerumah mungkin dari mulut ke mulut,” ungkap lelaki yang memilki dua orang.
Dituturkannya, kalau memang tahu yang diproduksinya dalam satu hari ada yang tidak terjual, maka tahu tersebut akan direndam dengan air garam, dan dalam waktu empat jam sekali air tersebut harus diganti, dan hal ini dilakukan tahu tersebut tetap awet, bisa juga untuk menjaga agar tahu tetap awet di lakukan dengan cara direbus.
Pheng Chen mengaku tidak mengalami kendala memperoleh kacang kedele. Pheng membeli kacang kedele dari Pontianak dengan harga Rp. 6.600/kilo. Katanya kacang kedele itu didatangkan langsung dari Negara Amerika,.
Untuk peruses pembuatan, Pheng Cen Khiong menuturkan, pertama kali yang dilakukan merendam kacang kedeli dengan air sampai mengembang selama kurang lebih dua tiga jam. Setelah itu kacang digiling, dan seterusnya di saring untuk diambil airnya, setelah itu air kedele itu dimasukkan kedalam tong dan dibekukan dengan air garam kira-kira selama lima sampai sepuluh menit. Setelah beku, proses terakhir adalah membungkusnya dengan kain, dan jadilah tahu. Untuk menjalankan usaha itu, Pheng Chen dibantuh tujuh orang karyawan yang bekerja delapan jam selama satu hari. Para karyawan itu digaji empat ratus ribu rupiah per bulan.
Pheng menjual satu butir tahu dengan harga Rp. 500. Satu biji tahu mendapatkan keuntungan Rp.150. Walau masih keuntungan kotor, diperkirakan cukup untuk biaya hidup keluarga.
Pebuatan tahu juga melalui proses pembakaran. Selama ini proses itu menggunakan kayu bekas yang dibelinya dari pabrik mebel. Biasanya, kayu bekas itu dibelu sebanyak satu mobil pic up dengan harga Rp. 80.000, dan dapat dipergunakan selama tiga minggu.
Pheng Chen menuturkan, selain tahu, ampas produksi tahu juga termanfaatkan. Ampas itu untuk makanan babi dan banyak orang yang membelinya. Untuk satu karung berisi 50 kilo gram, ampas tahu itu dihargai Rp.10.000.
Ditempat terpisah, Tjong Tjong Khiong, pengusaha tahu yang juga sempat ditemui di Gang Khatulistiwa II Jalan Pangeran Diponegoro mengungkapkan, usaha ini adalah usaha keluarga yang telah berdiri kurang lebih 35 tahun yang lalu. Lain halnya dengan Peng Chen Khiong yang hanya memproduksi kedelei sebanyak 30 kilo per hari, Tjong tjong Khiong perharinya menghabiskan 150 kilo kacang kedele perharinya dengan menghasilkan 6000 biji tahu.
Sehari-harinya, Tjong Tjong Khiong ditemani sang istri dan anaknya Susanto. Selain memproduksi tahu yang biasa, keluarga ini juga membuat tahu kering yang perpotongnya di jual dengan harga Rp. 3000.
Pemasaran yang dilakukan Tjong Tjong Khiong lebih luas. Karena selain dijual pasar tradisional yang tersebar di Kota Singkawang, pemasaran tahunya juga keluar daerah Kota Singkawang. Usaha pembuatan tahu itu dibantu sebelas orang karyawan.
Untuk bahan baku kacang kedelei, dirinya mendapatkan di Kota Singkawang dengan harga Rp. 700 per kilo. Kedeli itu juga didatangkan langsung dari Negara Amerika. Tjong Tjong Khiong juga mengaku pernah mendapatkan kedelei dengan harga yang telah disubsidi oleh pemerintah.
Tempat pembuat tahu Tjong Tjong Khiong beberapa kali didatangi petugas dari dinas kesehatan baik dari Kota Singkawang, maupun dari Pemerintah Provinsi Kalbar.
Selasa, 11 November 2008
Aroma Tahu Singkawang
Diposting oleh Mujidi di 19.53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar