Selasa, 02 Desember 2008

Mencari Kebenaran


Suatu siang Selasa, sekitar pukul 14.00 Wib, mendadak halaman kantor Borneo Tribune Biro Kota Singkawang Kalimantan Barat,dipenuhi belasan pelajar berseragam putih. Ada perempuan dan laki-laki.

Saya yang berada di ruang tengah, awalnya tidak ambil pusing. Terlebih saya tidak menggunakan baju lantaran cuaca pada hari itu cukup panas. Pelajar itu kemudian diterima staf pemasaran Borneo Tribune, Aldi Khairudin.

Saya berpikiran pelajar itu bersal dari SMAN 10. Yang pada hari sebelumnya, Senin, membagikan bunga untuk memperingati hari HIV/AIDS sedunia. Pemberintaanya diterbikan pada edisi Selasa, keesokan harinya.

“Bang ada anak-anak SMAN 1. Katanya mau klarifikasi berita,” kata Aldi yang mengahmpiri saya yang baru keluar kamar. Saya tersadar, ternyata pelajar berseragam putih itu para siswa dan siswi SAMN 1 Kota Singkawang.

Saya kembali bertanaya kepada Aldi, Berita apa? Pertanyaan itu wajar, karena pada edesi Selasa ataupun pada hari-hari sebelumnya saya tidak pernah membuat tulisan berkaitan dengan SMAN 1 Kota Singkawang.

“Berita apa yang mau mereka klarifikasi,” ujar saya memperjelas.

Aldi kemudian menyerah kora Harian Borneo Tribune edisi Senin, 1 Desember 2008. Aldi membuka halaman pendidikan. Salah satu halaman unggulan yang dimiliki koran yang baru berusia lebih dari satu tahun ini. Aldi menunjukkan salah satu judul berita yang ditulis dengan font yang cukup besar. Judulnya, Tahun 2009 Seluruh Sekolah di Kalbar Terakreditasi. Berita itu ditulis Tantra Nur Andi. Wartawan pendidikan Borneo Tribune.

”Katanya mereka minta penjelasan dari isi berita ini, yang ada menyangkut SMAN 1,” ujar Aldi.

Di tengah tengah pembicaraan saya dengan Aldi, Halaman Kantor Borneo Tribune makin dipenuh pelajar. Satu diantara merekapun tidak ada yang mau masuk keruangan sebelum dipersilahkan. Mereka begitu sopan.

”Masuklah,” saya berseru. Dua orang diantara mereka, bergegas. Semuanya masukpun ndak apa. Di luar panas. Ruang kita cukup kok. Kata saya sebari mempersilah dua pelajar yang masuk untuk duduk di sopa berwarna coklat muda, seirama dengan warna diding kantor yang saya tempati.

Nidia, salah satu pelajar yang masuk buka pembicaraan. Ia menyodorkan korang yang sama. Ia juga menujukkan beberapa kalimat yang sudah digaris bawah dengan bolpoint. Kalimat yang dinatandai kurang lebih berbunyi setelah proses penilaian akreditasi selesai ternyata ada sekolah yang selama ini yang dianggap masyarakat bagus dan berkualitas, namun hasil penilaian akreditasi sekolah tersebut kurang baik. Contonya, selama ini masyarakat Singkawang beranggapan bahwa SMAN 1 Singkawang adalah sekolah berkualitas namun, hasil penilaian akreditasi, nilai SMAN 1 Singkawang masih dibawah SMAN 3 Singkawang”. Nidia membacanya dengan runtut. Walau baru duduk di kelas II A di SMAN 1, Nidia begitu berani menyampaikan unek-uneknya dengan tenang.

”Kami mau tahu, dari maa sumber dan datanya bila SMAN 1 Singkawang itu berada di bawah SMAN 3 Singkawang. Menurut kami, dari segala prestasi, SMAN 1 Singkawang lebih berprestasi dibandingkan dengan SMAN 3,” kata Nidia.

Nidia menambahkan, pemberitaan tersebut sebaiknya harus dilengkpi dengan data. Sehingga para siswa atau pihak sekolah yang diberitakan dapat menerima. Namun sayang, dalam berita itu tidak ada data yang mengatakan SMAN 1 Singkawang berada di bawah SMAN 3.

Saya berkesempatan menanggapi. Saya katakan, berita itu tulisan wartawan Borneo Tribun di Kota Pontianak, namanya Tantara Nur Andi. Ia ada di Pontianak, dan dia wart awan Pendidikan Borneo Tribune.

“Bukan saya tidak mau menanggapi, tapi bagusnya kita tanyakan ke wartawannya langsung,” saya menjelaskan.

Saya membuka nomor kontak di Handpon. Lama mencari, nomor Tantra tidak saya dapati. Saya hubungi kantor redaksi Borneo Tribune di Pontianak. Tidak lama, nomor Tantara saya dapatkan dari Lina, Sekretaris Redakasi.

Tantra saya hubungi. Nyambung. Kedatangan para siswa ke Borneo Tribune, maksud dan tujuannya saya samapaikan. Saya persilahkan Tantara untuk berbicara langsung dengan siswa, yang sekali lagi diwakilkan Nidia.

Kurang lebih lima menit pembicara berlangsung. Keduanya terlibat pembicaraan. Nidia menyampaikan apa yang perlu disampaikan. Dan sepertinya, Tantra juga menjelaskan apa yang diingikan para siswa itu.

Giliran saya yang berbicara degan Tantra. Tantra mengatakan sumber dari beitanya itu adalah Aswandi. Ia sebagai Kepala Badan Akreditasi Provinsi Kalimantan Barat. Terkait dengan data, tantara mengatakan data itu ada Cuma belum saatnya untuk dipublikasikan. Kemudian saya usulkan ke Tantara untuk menghubungi kepala sekolah SMAN 1 Kota Singkawang. Nomor handpon kepala sekolah SMAN 1 Kota Singkawang, Helmi MK, saya dapatkan dari siswa. Melalui pesan singkat, nomor Helmi itu saya berikan pada Tantra.

Setelah berbicara dengan Tantra, para siswa ini mohon undur diri. Kurang lebih setengah jam mereka berada di Kantor Borneo Tribune biso Singkawang. Saya terasa sangat puas dan bangga dengan kedatangan dan sikap mereka. Untuk para siswa itu saya ucapkan terimakasih.

Sekitar setengah jam berselang, rombongan SMAN 1 Kembali mendatangi Kantor Biro Borneo Tribune Singkawang. Mereka sepertinya bukan rombongan pertama. Mereka yang datag semua pelajar. Mereka kemudian menyemut ke halaman Kantor.

Permisi bang, ini kantor Borneo Tribune ya?, kata salah satu diantara pelajar itu. Tadi ada yang ke sini ya bang. Saya mengiyakan dan berkata, oooo ini rombongan lain ya. Saya mempersilahkan masuk.

Rombongan kedua ini dipimpin Ketua Osis, Dennis Ferdoansyah. Sama dengan rombongan pertama, rombogan ini juga mempertanyakan pemberitaan terkait dengan akreditasi yang membawa SAMN 1 dan SAMN 3 Singkawang. Saya menjelaskan hal yang sama seperti yang saya jelaskan pada rombongan pertama. Namur dibalik kepuasan itu, para siswa ini kembali menunggu pemberitaan selanjutnya.

Pertemuan saya dengan rombogan kedua begitu nikmat. Terasa menyenangkan. Kami berbicara nyantai dengan duduk di lantai. Terlebih pembicaraan itu menggunakan dialeg sambas. Saya tidak kaku, dan saya cukup mahir dengan dialeg itu.

Kemudian para siswa itu kembali meminta pamit. Namun sebelum meninggalkan kantor Borneo Tribue, pelajar itu mengajukan permintaan untuk diberitakan.

”Bang foto kami bang, masukkan dalam berita, tapi beritanya yang bagus,“ ujar salah satu pelajar. Saya menyanggupi. Kemera saya ambil. Saya berjanji beritanya akan saya buat. Setidaknya soal kedatangan mereka ke Borneo Tribune Biro Singkawang untuk mencari kebenaran berita.




Tidak ada komentar: