Senin, 11 Februari 2008

Tempoe Doloe

Ia kesemsem dengan kondisi kota pontianak tahun 1980-an. Menurutnya kehidupan Pontianak tempoe duloe religius dan aman. Pontianak yang masih mengandalkan kendaraan air. Keriduan suasana indah itu, membuat ia bersemangat berbuat baik untuk kota Pontianak.

Namanya Arif Joni Prasetyo. Dari raut wajahnya, pria ini bersosok serius dengan pekerjaan. Sebagai gambaran, sebagai salah satu anggota DPRD kota Pontianak yang membidangi Pendidikan dan Kesra, pria berjenggot ini, tidak pernah lepas dengan laptop canggihnya.

Namun sayang, apabila anda bertemu dengan pria berusia 41 tahun ini, sebaiknya jangan bertanya tentang sifat yang ia miliki, kemungkinan ia akan berkomentar tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Karena dia menginginkan, biarlah orang lain yang menilai pribadinya.



Pernyataan itulah yang ia katakan saat saya bertemu dengannya di ruang Fraksi Partai Keadilan Sejahterah (F. PKS), Kamis (7/6) dua hari yang lalu.

”Jangan tanya saye tentang sifat saye, jangan saye yang nyebut. Tanyak jak pada rumput yang bergoyang,” katanya.

Sebagai wakil rakyat, Arif Joni mengatakan, berbuat banyak untuk kepentingan umat merupakan tunjuan dan sebaga amal yang bernilai ibadah. Menurutnya dengan berpolitik suara masyarakat tersebut dapat disalurkan. Namun, kata Arif, menyurakan kepentingan masyarakat tersebut sesuai dengan tugas pokoknya di Komisi D (membidangi bagain pendidikan dan kesra).

Dirinya akan terus mendorong Pemerintah Kota Pontianak untuk mewujudkan kota yang sesuai dengan visi kota, dan mencari jalan keluar atau solusi terkait dengan berbagai masalah perkotaan. Berkenaan dengan anggran, Arif menilai itu bisa disepakati, asalkan peraturan daerah atau produk hukum yang mendukung terwujudnya visi Kota juga telah disepakati.

Berbicara tentang kota Pontianak, dengan keterbukaan, pria ini mengantakan dirinya menyukai kondisi kota Pontianak tempoe duloe. Diperkirakan sebelum tahun 1980-an. Waktu itu kehidupan masyarakat kota pontianak lekat dengan agama. Terbukti dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah yang diperintahkan Tuhan Pencipta Alam
Semesta. Banyaknya rumah-rumah ibadah di Kota Pontianak, qari’ dan qari’ah terkenal baik dalam kanca nasional maupun internasional, hingga kota Pontianak sangat diperhitungkan.

Pontianak tempoe duloe juga terbilang aman. Kata Arif mengenang, kendaraan motor yang diletakkan di depan rumah nggak ada yang usil atau mengambil. Bedanya dengan sekarang, motor yang diparkirkan di depan rumah hanya di kunci ganda.

Bukanya hanya kemanan, tempoe doloe, sampan merupakan sara tranfortasi yang dubutuhkan. Ceritanya, tempoe doloe, untuk bersilaturahmi ketempat keluarga sangat asyik menggunakan sampan.

”Ke pasar pakai sampan, pergi melamar ke calon mertua bisa pakai sampan. Orang saigon mau ke parit haji husin atau mau ke sei Raya bisa pakai sampan,” kata Arif.

Tepian sungai Kapuas, hal yang paling disukai Arif. Mengapa? karena disinalah kekuatan kota Pontianak itu. Keunikan kota dimana rumah-rumah ditepian sungai nan indah sebagai ciri khasnya. Masyarakat yang berada ditepian sungai pergi ke hulu ke hilir dengan menggunakan transportasi air.


Sebaliknya keadaan sekarang sudah jauh berubah. Parit-parit yang ada dikota Pontianak tidak dapat difungsikan sebagai alat transportasi, sebagian anak-anak muda sudah kehilangan jatidiri sebagai pemuda pontianak. Narkoba, mabuk-mabukan, banyak kemaksiatan dan disana-sini macet.

”Makanya enak pontianak tempo doeloe. Cobe jak tanyak dengan datuk nek kite,” tambah arif.

Karena perubahan kota Pontianak tersebut, salah satu yang menjadi perhatian Arif adalah bagaimana menjadikan kota Pontianak yang tercinta ini menjadi kota yang kehidupan beragamanya kembali seperti dahulu. Bebas dari prostitusi, judi, minuman keras dan narkoba (projumina) dan bentuk penyakit masyarakat lainnya.

Memberantas projumina memang tidak mudah, perlu dana yang memadai dan melibatkan berbagai pihak seperti masyarakat, terutama kepolisian. Sikap tegas dan kerja sama dengan berbagai pihak ini penting. Namun yang menjadi pertanyaan, siape yang paling bertanggung jawab dalam persoalan ini?, Arif mengatakan, ya pemimpinnya, masyarakat itu ape kata pemimpin.

”Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin jangan NATO, not action talk only,” ujar Arif.

Bukan hanya projumina, dirinya menginkan, alat tranfortasi sampan kembali diperhatikan. Solusinya, wujudkan waterway atau air sebagai sarana transportasi. Dengan adanya kebijakan ini, nantinya kapasitas saluran air, parit dan sungai harus ditingkatkan. Diperdalam dan diperlebar. Hingga memungkinkan dapat dilalui sampan sebagai sarana transportasi air (waterway).

“Jakarta saja bisa kenapa Pontianak tidak,” ujar Arif membandingkan.

Disamping memperkecil peluang banjir, memperlebar parit juga dapat mengurangi kemacetan dan mempercantik wajah kota. Ini juga bisa jadi wisata air. Bagus khan ?.

Berkenaan dengan masalah PKL. Menurut Arif, penanganannya harus lebih menyeluruh. Dengan cara membuka lokasi baru perdagangan, ditunjang pusat bisnis.

Memperbanyak pedagang tradisional dengan pengelolaan modern, ini juga memecahkan persoalan ketenagakerjaan. Penataan PKL yang lebih ramah lingkungan.

Terkait dengan permasalahan agama dan kebudayaan. Masyarakatnya dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama. Pemkot dapat membuat berbagai macam program syi’ar agama. Ciri khas sebagai kota relejius dikembalikan, salah satu caranya dengan menggali kembali dengan proyek Armel (tulisan Arab melayu), menjadi tulisan resmi pada nama jalan, papan nama kantor dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Luar dari permasalahan, parit, porjumina, sesuati yang mebut Arif tergelitik adalah adalah Pontianak terkenal dengan kota air, tetapi lucunya, sering kekurangan air. Dan yang paling lucu menurut Arif, nama kota Pontianakl yang konon berasal dari ”Allahu’a’lam,”

Demi memajukan kota Pontianak, menurut Arif, keritk sudah sering dilontarkan ke Pemkot. Tinggal mau atau tidak pontianak ini berubah kearah yang baik. Tahun 2008 sebagai tahun terakhir pengabdian walikota dan wakilnya. Sebaiknya pasangan ini mrmbuat gebrakan dan program yang monumental, yang bisa dikenang anak cucu. Misalnya waterway.

”Kalau anak-cucu kite nanya’ siape walikote yang membangun waterway? Oh..., itu semasa pak Bukhari-Sutarmiji. Kalau masyarakat terkesen khan bise dipileh agik, he...,he..., he,” uangkap Arif, dengan senyum yang tidak bisa tertahan, hingga gigi putihnya terlihat.

Tidak ada komentar: