Senin, 11 Februari 2008

Kota International

Selama ini kota Pontianak sudah international. Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Daerah Kota Pontianak, Hasan Rusbini. Ia saya temui di kantornya pada pertengahan tahun 2007 yag lalu. Terbukti dengan pelabuhan singhie, dari jaman penjajaha, pelabuhan ini menjadi pusat bongkar muat barang dagangan rakyat. Begitu juga dengan tugu khatulistiwa.

Tugu tersebut tersebut sebagai simbol, kota Pontianak satu-satunya kota di dunia yang dilewati garis 0 derajat. Kesan kota Pontianak yang telah menginternational menjadi ide Walikota Pontianak, Buchary A. Rahman. Ide tersebut kemudian dirumuskan menjadi visi kota Pontianak sebagai kota khatulistiwa berwawasan lingkungan sebagai pusat perdagangan dan jasa yang bertaraf international.

Hasan Rusbini, Sekretaris Daerah Kota Pontianak, ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (9/9), mengatakan karena ide tersebut, walikota kemudian melakukan perubahan tata ruang kota.

Sesuai dengan visi yang diusung, tata ruang kota terus dibenah. Parit yang terlihat kumuh dengan sampah terus dibersihkan. Kios-kios PKL yang berada di atas selokan dan trotoar ditertibkan.

Di bidang perdagangan, perombakan bangunan pasar dilakukan. Pasar-pasar yang tradisonal dibangun kembali menjadi pasar semi modern. Maksud dari pembangunan ini untuk mensejahterakan masyarakat.

Pasar-pasar yang dibangun diantaranya pasar Mawar, Dahlia dan yang akan direncanakan pasar plamboyan. Pembangunan pasar berpihak pada masyarakat. Mereka yang menempati pasar tersebut diberi kemudahan dengan membayar uang muka sebesar 30 persen dari harga keseluruhan. Sisanya, pedagang melakukan pembayan dengan cara mencicil.

Perdagangan skala modern, seperti pembangunan mall, pihak swasta diberi kesempatan untuk berinfetasi ke kota Pontianak. Salah satu bentuk infestasi itu antara lain pemerintah membrikan kesempatan ke pihak swasta untuk menggunakan aset tanah. Dalam kerjasama itu, pemerintah dan pihak sawasta melakukan pembagian hasil dengan sistem 40:60. 40 untuk pemerintah kota dan 60 untuk pihak swasta.

Keikutsertaan pihak swasta dalam memajukan kota Pontianak begitu diperlukan. Bagi pihak swasata yang ingin melakukan pembangunan, pemerintah memberikan potongan harga dalam mengurus Ijin Membuat Bangunan.

“Misalnya mereka dikenakan biaya sebesar 4 juta dalam membuat IMB, maka kita memberikan potongan sebesar 500 ribu,” kata Hasan Rusbini.

Begitu juga dengan lamanya waktu penyewaan. Pemkot memberikan tambahan waktu penyewaan. Misalnya dalam kententuan, lama penyewaan selama 20 tahun. Maka pemkot menambah waktu menjadi 35 sampai 40 tahun.


Dalam mewujudkan visi tersebut, banyak kendala yang dihadapi Pemkot Pontianak. kendala pertama dalam melakukan pembangunan adalah permodalan. Contohnya, dengan pembangunan jalan. Untuk kota Pontianak Menurut Hasan, pelebaran jalan sulit untuk dialakukan. Kiri kana jalan dibatasi parit dan perumahan.

Agar tidak terjadi kemacetan, satu-satunya cara yang dapat dilakukan dengan cara membuatan jalan baru. Salah satu plening kota Pontianak, adalah dengan cara membuat jalan lingkar untuk kota Pontianak. jalan lingkar tersebut dari Jalan Harapan Jaya, Kota Baru sampai ke Sungai Raya Dalam. Namun untuk memwujudkan sarana tersebut membutuhkan modal yang sangat besar.

“Kita bersyukur, pembiayaan pembangunan jalan lingkar tersebut mendapat bantuan dari gubernur,” kata Rusbin.

Hasan mengatakan, kondisi jalan yang bagus akan berdampak terhadap pendapatan masyarakat.

Masalah kedua yang menjadi kendala pembanguna di kota Pontianak adalah, pola pikir masyarakat yang masih sederhana. Ia mencontohkan, bagai sikap terhadap keberadaan pasar dahlia. Ruko-ruko bagian atas pasar tradisional yang dibangun megah tersebut terlantarkan. Mengepa? Menurut Hasan, karena masyarakat tidak mau susah dan tidak mau sakit.
Bagi Hasan, pembangunan kota Pontianak harus dilanjutkan. Janganpedulikan omongan. Karena menurutnya untuk mencapai keberhasilan pasti dihalangi berbagai rintangan dan cobaan. Tidak ada keberhasilan yang dicapai.

Tidak ada komentar: