Senin, 22 Desember 2008

Banjir Diawal Desember


Malam itu langit diselimuti awan mendung. Hujan terus turun, terkadang gerimis dan kerapkali turun dengan lebatnya. Beberapa lokasi berubah menjadi gudang air. Jalan-jalan utama tergenang. Ratusan rumah penduduk terendam. Ribuan masyarakat diungsikan ke penampungan. Begitulah kondisi Kota Singkawang dalam beberapa hari pada Minggu Ketiga Bulan Desember.

Husni. Warga Gang Kemuning Kelurahan Sedau Kecamatan Singkawang Selatan terpaksa mengungsi ke kantor camat. Husni terlihat lelah. Ia duduk diatas kursi pelastik yang tersedia. Ia saya temui di salah satu ruang kantor camat di lantai bawah.

Husni mengungsi karena air yang masuk ke rumah sampai sepinggang, Kalau diukur dari permukaan tanah, ketinggian air mencapai dua meter.

“Kalau tidak setinggi itu saya tidak mengungsi,” kata Husni.

Husni menuturkan air mulai naik sejak Rabu subuh. Semakin siang, air semikin tinggi. Naiknya begitu cepat. Melihat kondisi itu sekitar jam sembilan pagi, Husni memutuskan untuk ikut mengungsi.

“Saat mengungsi saya hanya membawa baju dibadan dan beberapa helai pakaian ganti.”

Husni tidak sendirian. Bersamanya ada tiga ratus lebih pengungsi yang bernasib sama. Mereka semua menempati semua ruangan yang tersedia. Mereka tidur belampar dengan perlengkapan seadanya. Ada tikar, tikar yang digunakan, ada kardus, kardus yang dimanfaatkan. Saat itu, pengungsi hanya berfikir bisa selamat dan tidur dengan nyenyak.

Husni bersama warga lainnya sangat bersyukur. Kondisi hidup mereka langasung mendapatkan perhatian. Bantuan dari pemerintah kota, mulai dari makanan, minuman, dan obat-obatan diperoleh. Pihak swasata juga tidak mau ketinggalan.

“Kami sangat bersyukur, karena kami sangat diperhatikan,” kata Husni.

Tidak hanya dikelurahan Sedau, sejak Selasa lalu, banjir juga merendam ratusan rumah di Pasar Baru, Kecamatan Singkawang Barat Kota Singkawang. Ratusan jiwa diungsikan ke lokasi yang aman, termasuk di Kantor Camat Singkawang Barat. Satu diantaranya, Lian.

“Saya ngungsi ke sini sejak pagi hari waktu banjir mulai besar,” ujar Lian pada saya.

Di lokasi pengungsian Lian terlihat pucat. Tapi Lian mengaku dirinya sehat. Lian duduk tersandar di diding kantor. Saat mengungsi, rumah Lian terendam air hingga selutut. Sama dengan Husni, Lian meninggalkan rumah hanya dengan pakaian di badan dan beberapa helai pakaian ganti.

Banjir juga melanda masyarakat yang tinggal di Kecamatan Singkawang Utara dan Singkawang Tengah. Ratusan jiwa warga diungsikan. Tidak hanya itu saja, ratusan hektar persawahan juga terendam.

“Sawah-sawah itu baru ditanamin padi yang rata-rata berusia satu bulan,” ujar Syafruddin, Camat Singkawang Utara.

Bila Husni dan Lian bersibuk mengungsi untuk menyelamatkan diri, sementara itu Jumadi bersibuk menyelamatkan sayur-sayuran barang dagangannya. Warga Bumakong Kecamatan Singkawang Selatan ini sejak pukul 18.00, Selasa lalu, harus mengangkut sayurnya dari pasar sayur ke lokasi baru, Jalan Kompol Mahmud-Jalan Niaga.


“Kalau kami tidak pindah, kami tidak bisa berdagang sayuran,” ujar Jumadi saat ditemui di lokasi perdagangan.

Jumadi tidak sendiri. Ia bersama ratusan pedagang lainnya. Jumadi menuturkan perpidahan pedagang itu hanya bersifat sementara. Hanya dilakukan ketika lokasi perdagangan terendam banjir. Setelah banjir surut, pedagang akan kembali berjualan di lokasi lama.

“Kalau banjir para pedagang memang pindang ke sini,” terang Jumadi.

Jumadi menceritakan, pada tahun 2002, Singkawang pernah banjir besar. Pada saat itu, areal perdagangan sayur juga terendam. Karena ketinggian air begitu parah, para pedagang kemudian pindah ke lokasi yang lebih tinggi, di persimpangan Jalan Kompol Mahmud-Jalan Niaga. Setelah berdagang dipersimpangan Kompol Mahmud, banjir terus membesar, hingga para pedagang kembali hijrah dan berdagang di Jalan Diponegoro. Selama ini, Jalan Diponegoro merupakan salah satu wilayah yang tidak pernah terendam banjir.

“Pada tahun 2005 kami juga pindah ke sini, karena pada saat itu pasar beringin juga kebanjiran,” kata pria yang telah berdagang sayur kurang lebih sepuluh tahun ini.

Bila banjir sampai tiga hari, maka Jumadi bersama pedagang lainnya akan berdagang di lokasi tersebut selama tiga hari juga. Pastinya, perdagangan di Kompol Mahmud-Jalan Niaga akan terus berlanjut sampai banjir surut, dan pasar sayur tidak lagi tergenang.

Ketua Forum PKL Kota Singkawang, Agustomo, saat dikonfirmasi, menuturkan kepindahan para pedagang ke Jalan Kompol Mahmud-Jalan Niaga itu hanya bersifat kondisional. Para pedagang terpaksa pindah karena lokasi mereka bedagang, seperti pedagang sayur, daging, buah dan sebagainya terendam banjir.

Kata Tomo, warga akan berhenti berdagang di lokasi yang baru, bila lokasi yang lama telah selamat dari banjir. dan perpindahan para pedagang tersebut pernah dilakukan pada tahun tahun sebelumnya saat banjir melanda Kota Singkawang.

“Perpindahan ini hanya kondisional, para pedangang pasti akan kembali bila banjir selesai,” kata Tomo.

Puncak banjir Kota Singkawang terjadi pasa Rabu dan Kamis (17-18/12). Banjir hampir menutupi jalan di Kota Singkawang. Jalan Budi Utomo, Jalan Sejahterah, Jalan Niaga, Jalan Kalimantan, Jalan Nusantara, Jalan Pahlawan, Jalan Bambang Ismoyo, Jalan Suhada, Jalan Pramuka, Jalan Lembah Muray, dan beberapa jalan lainnya.

Akibat banjir yang menyelimuti jalan tersebut, akses masyarakat terhambat, kendaraan roda dua, empat, tidak bisa berjalan kencang. Kendaraan berjalan lambat hingga mengakibatkan timbulnya kemacetan.

Tidak hanya akses dalam kota, akses ke luar Kota, seperti Menuju Kabupaten Bengkayang juga terkendala. Pasalnya jalan Pahlawan, yang menghubung Kota Singkawang dengan Bengkayang terendam banjir yang hampir mencapai pinggang. Akses Bengkayang ini juga terganggu karena Terminal Bengkayang di Kota Singkawang terendam banjir melbi lutut.

Banjir juga merendam beberapa rumah ibadah, seperti Pekong Tua yang berdekatan dengan Masjid Raya Kota Singkawang, serta kemungkinan masih banyak rumah ibadah yang terendam, dan tidak terpantau. Banjir juga merendam puluhan sekolah, seperti SMA Talenta serta beberapa sekolah lainnya yang berakibat terganggunya peroses belajar mengajar.

Karena banjir itu ratusan rumah penduduk terendam, akan tetapi hampir tidak ada masyarakat yang mengangkut perabotan. Malah, berdasarkan pantauan yang dilakukan, ratusan bahkan mungkin ribuan penduduk mulai dari anak-anak hingga orang tua, pria dan wanita turun ke jalan. Mereka terlihat antusias menikmati banjir dengan bermain air. Air banjir itu dimanfaatkan untuk membersihkan kendaraan.

Namun ada juga penduduk untuk memilih diam di rumah dengan naik ke lantai dua. Mengamati ketinggian air apakah berkurang atau terus bertambah. Bahkan belasan hingga puluhan penduduk yang memilih untuk mengungsi.

Karena banjir itu juga, pemilik tokoh yang berada di areal banjir memilih untuk tutup sementara. Hanya ada satu dua yang buka.

Banjir Kota Singkawang mulai surut, Jumat (19/12) yang lalu. Dalam dua hari terkahir cuaca di Kota Singkawang sangat cerah. Hujan tidak turun, matahari pun muncul dengan sinarnya yang cukup panas.

Masyarakat yang sebelumnya mengungsi, berangsur-ansur meninggalkan lokasi pengungsian.

Kantor Camat Singkawang Selatan yang terletak di Kelurahan Sedau, yang semenjak dua hari yang lalu dipadati ratusan warga pengungsi telah kosong kembali. Sejak Jumat pagi, warga kembali kerumahnya masing-masing.

“Warga yang mengungsi di sini sudah pulang ke rumahnya masing-masing,” kata Koordinator Banjir Sedau Kecamatan Singkawang Selatan, Andrian, saat ditemui di Kantor Camat Singkawang Selatan.

Berdasar data terakhir, jumlah jiwa yang mengungsi ke kator Camat Singkawang Selatan berjumlah 392. Sementara untuk warga yang mengungsi ke rumah warga yang tidak terkena banjir berjumlah 767 jiwa.


Gimana dengan pemerintah?


Banjir Kota Singkawang yang menyebabkan ratusan rumah terendam dengan ribuan pengungsi mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Singkawang. Jauh-jauh hari sebelum banjir, pemerintah telah menyiapkan anggaran.

“Setiap tahun ada anggaran untuk bencana banjir. Tidak hanya dari pemerintah kota, pemerintah provinsi dan pusat juga menyiapkan anggaran serupa,” ujar Walikota Singkawang, Hasan Karman, saat mengungjungi korban banjir di beberapa lokasi pengusian.

Banjir bukanya hanya musibah di Kota Singkawang. Akan tetapi terjadi hampir di semua daerah di Indoensia. Banjir tersebut dipengaruhi tingginya curah hujan dan air pasang.

“Banjir ini betul-betul kehendak alam, bukan kita yang meminta, dan jangan sampai kita minta,” terang Hasan didampingi Istri, Ny. Emma Hasan Karman.

Dalam kunjungan ke lokasi pengungsian itu, Hasan Karman juga didampingi kepala dinas terkait seperti Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Sosdukcapil) Kota Singkawang, Rahmat Basuni, Kepala Dinas Kesehatan, Normansyah.

Bantuan yang disalurkan Pemerintah Kota Singkawang diantaranya beras dan mie instant. Untuk satu jiwa mendapatkan jatah beras sebanyak empat ons dan sebungkus mie instans untuk satu kali makan.

Dengan bantuan yang telah disalurkan, Hasan, mensesalkan pesan singkat yang disampaikan masyarakat kepadanya yang mengatakan para pengungsi hanya mendapatkan 0,7 ons setiap harinya untuk setiap jiwa.

Apaya yang dikatakan Hasan karman terkait bantuan beras tersebut dibenarkan Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Sosdukcapil) Kota Singkawang, Rachmat Basuni.

“Yang kita salurkan empat ons per jiwa untuk sekali makan, bukan 0,7 ons perjiwa untuk satu hari,” ujar Rahmat yang juga mensesalkan kabar miring itu. Kabar itu juga ditulis salah satu media daerah di Kalimantan Barat.

“Kalau mau menulis seperti itu, kita mohon untuk dilakukan kroscek kembali,” pinta Rahmad.


Tidak hanya dari segi makanan, perhatian terhadap kesehatan masyarakat juga tidak kalah petingnya. Tenaga kesehatan dipersiapkan untuk memantau kondisi para pengungsi. Beragam jenis obat-obatan juga dipersiapkan.

“Sampai saat ini, kondisi kesehatan pengungsi cukup baik. Tidak ada penyakit serius yang mereka derita,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang, Nurmasyah.

Pihak kesehatan siap mengawal para pengungsi baik saat musibah banjir atau pasca banjir. Terlebih kata Norman, penyakit tersebut lebih banyak muncul setelah banjir usai.

“Bila kita kehabisan stok obat, kita akan mendapatkan bantuan tambahan dari provinsi,” jelas Noman.

Terkait dengan sawah terendam, Hasan Karman, mengatakan pihaknya akan menyalurkan bibit pengganti. Namun secara teknis akan dilakukan dinas terkait, dalam hal ini Dinas Agribisnis Kota Singkawang.

Tidak ada komentar: